Lagu Kerinduan dari Ujung Timur Indonesia


https: img-o.okeinfo.net content 2018 04 22 340 1889991 lagu-kerinduan-dari-ujung-timur-indonesia-SHHo58w5eU.jpg 
NABIRE - Untuk kalangan masyarakat Papua pasti tidak asing lagi mendengar bahkan melantunkan lagu "Tanah Papua". Lagu ini sering dinyanyikan hampir dalam setiap even formal maupun non-formal. Bahkan seolah wajib untuk even pemerintahan.
Namun, jika familiar dengan lagunya, terus apakah kita mengenal sosok pencipta lagu sejuta makna ini?
Ya, penciptanya tak lain adalah Yance Rumbino, lelaki asli Biak kelahiran Sorong pada 22 Juni 1953 silam ini adalah pencipta lagu yang mulanya berjudul "Irian Jaya Ku" ini.

Yance Rumbino yang kini berdomisili di Kabupaten Nabire ini berhasil menggubah keindahan alam Papua kedalam syair lagu yang kini dikenal luas oleh masyarakat.
Sedikit tertatih saat okezone menemuinya di salah satu acara formal di kabupaten Nabire belum lama ini. Bermula saat MC acara memintanya menyanyikan lagu hasil ciptaannya. Saya terenyuh, dan tersadar ternyata beliaulah yang selama ini lagunya selalu ikut saya lantunkan. Saat itu, tete Yance Rumbino (kakek, akrab sapaan khas Papua) dengan merdu menyanyikan lagu Tanah Papua dalam bahasa Biak. Agak asing bagi saya, karena selama ini lagu Tanah Papua yang saya nyanyikan dalam bahasa Indonesia.
Tak membuang waktu, lepas lelaki berumur 65 tahun ini bernyanyi, saya pun langsung menghampirinya. Meminta waktu untuk sedikit menceritakan kisahnya menggubah bait demi bait syair lagu yang cukup membuat orang tertekun sedih.
Bergeser ke sisi kiri gedung Maranatha Nabire, tempat acara diberlangsungkan. Tete Yance Rumbino mulai membuka memori ingatannya saat lagu Tanah Papua dibuatnya. Raut wajah sedih nampak seketika saat ia mulai berkisah panjang inspirasi dari perjalanannya sebagai seorang guru Sekolah Dasar di lereng gunung pedalaman Papua. Dia menyebut saat mengabdi di Kabupaten Puncak Jaya sejak tahun 1975 silam.

Usianya kala itu masih 22 tahun. Mengabdi sebagai guru dengan latar belakang berbeda bahasa, adat dan budaya, ditambah tidak bisanya anak didiknya di sekolah itu berbahasa Indonesia, membuat tete Yance harus bekerja keras berupaya menularkan ilmu dengan berbagai macam cara.
"Kalau saya bilang awal mula inspirasi itu dari saat saya mengajar di pedalaman Puncak Jaya. Komunikasi dengan anak murid saya susah. Ada hampir 200 murid saat itu. Karena mereka tidak bisa berbahasa Indonesia. Jadi saya berkomunikasi dengan mereka lewat nyanyian dan olahraga. Saya bilang ini unik. Ini pegabdian kepada negara ini. Di pelosok belantara Papua yang asri," kata tete Yance.
Semasa menjadi guru di wilayah itu. Perjalanan demi perjalanan kaki sering dilakukannya. Mengelilingi lembah Baliem hingga di daerah Tiom Lanny Jaya melihat hasil karya ciptaan Tuhan yang luar biasa. Takjub melihat hamparan pasir putih diatas gunung, takjub melihat banyaknya udang selingkuh (udang dengan capit kepiting. Yang hanya ditemui di wilayah Wamena dan sekitarnya), begitu mudah ditangkap di sungai sepanjang lembah Baliem. Gugusan batu batu besar terukir alami seolah memagari eloknya pegunungan Papua.
"Saya sebagai orang pesisir pantai, melihat ini saya rasa aneh penuh misteri, keindahan alam Papua yang luar biasa, namun masyarakatnya hidup terbekang. Ini inspirasinya," ucapnya

Komentar

Postingan Populer