Anak-anak Sekolah di Papua Butuh Pakaian Seragam dan Fasilitas Penunjang Lainnya
YAP.Com,- Ada pendapat kalau anak muda jaman sekarang banyak yang kecanduan gadget. Generasi muda berkata, “I can’t live without gadget”.
Jangankan sehari, sejam saja tidak menyentuh gadget langsung gelisah.
Sering kita temui anak muda mengunjungi kafe yang memiliki wifi
kemudian tenggelam dengan gadget. Mungkin ada yang sedang mengerjakan
tugas sekolah atau kampus tetapi banyak juga yang menghabiskan waktu
dari pagi hingga malam dengan bersosmed ria. Anak muda terkadang
memaksakan memiliki HP canggih bahkan ada yang bisa “masak sendiri”.
Motivasi awal yang ingin mengerjakan tugas sekolah menjadi batal karena
godaan tenggelam dalam virtual world ternyata lebih kuat.
Demikianlah gambaran sebagaian anak muda yang lebih suka mencari
kebahagiaan dari gadget daripada menghadapi kenyataan. Jadi, bila ada
anak muda yang dulunya tinggal di kota besar namun akhirnya memilih
menjadi relawan demi mengabdi di daerah terpencil tanpa koneksi internet
adalah suatu pemandangan yang tidak biasa.
[caption
caption="Andri Kristian bersama Siswa-siswa di Mbua"][/caption]Dialah
seorang yang bernama Andri Kristian yang berasal dari Kota Surabaya.
Saya bersyukur bisa mewawancarai langsung pria kelahiran 24 Desember
1981 (usia 34 tahun) yang dikenal masyarakat Mbua dengan sebutan “Pak
Guru”. Sejak tiga tahun yang lalu beliau mengabdi di Distrik Mbua
Kabupaten Nduga Papua. Sebenarnya sudah sejak tahun 2005 beliau berada
di Papua tepatnya di Sentani Kabupaten Jayapura. Setelah mendengar
daerah pedalaman Mbua yang sama sekali belum tersentuh karena jarang
sekali relawan yang bersedia ke daerah Mbua maka tergeraklah hati
seorang Andri Kristian untuk pergi mengabdi. Sejak tahun 2012 yang lalu
hingga saat ini, semangat beliau tidak pernah surut untuk mengajar
masyarakat di Mbua. Beliau yang sehari-hari tinggal dengan penduduk asli
Mbua kini sudah jatuh cinta pada Mbua dan dengan mantap ingin terus
mengabdikan diri di daerah terisolasi ini. Orang berlomba untuk
meningkatkan karier dan tidak sembarangan memilih perusahaan tempat dia
bekerja, namun seorang Andri Kristian memilih sukarelawan sebagai
pilihan “karier”. Sangat sedikit orang yang berani mengesampingkan
karier pribadi demi sebuah pilihan menjadi relawan di pedalaman
terpencil. Andri Kristian memang tidak memiliki dukungan dana tetap.
Walaupun “hanya” orang-orang yang mengetahui pengabdiannya saja yang
sesekali memberikan bantuan berupa obat-obatan, pakaian, atau buku-buku
pelajaran untuk siswa-siswa beliau di Mbua namun semangatnya tidak
pernah patah mencerdaskan generasi bangsa.
[caption caption="Jalan Kaki Dua Hari Satu Malam Menuju Mbua"]
[/caption]Andri Kristian ingin mencari seorang
relawan lain namun tidak ada yang bersedia sampai saat ini. Bila Pembaca
ada yang ingin menjadi relawan seperti Andri Kristian bisa menghubungi
penulis supaya saya menyampaikan kepada beliau. Bila sedang berada di
Mbua beliau akan sangat sulit dihubungi karena ketiadaan koneksi
internet dan telepon. Itulah sebabnya beliau memberikan kepada saya
nomor handphone rekan-rekan beliau di Wamena (jarak perjalanan
sekitar dua hari satu malam dari Mbua). Wamena adalah sebuah kelurahan
di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua. Bila ingin ke Mbua biasanya
transit dulu di Wamena. Sinyal di Wamena sudah ada namun tidak stabil.
Jarak Wamena ke Mbua bisa ditempuh empat jam dengan menggunakan mobil,
tidak disarankan menggunakan motor karena karakteristik wilayah
berbukit-bukit, banyak jurang terjal, tanah lembek, dan cuaca sangat
dingin sehingga rawan terjadi kecelakaan.
[caption caption="Masyarakat Mbua"]
[/caption]Mbua lebih mudah dijangkau dengan
menggunakan transportasi udara karena bentuk geografisnya yang demikian.
Saat awal menuju Mbua, Andri Kristian berjalan kaki dari Wamena menuju
Mbua menapaki daerah yang terjal dan curam selama dua hari satu malam.
Beliau berjalan naik-turun gunung, keluar-masuk hutan melawati tanah
lembek dan berlumpur kemudian malam hari tidur di gua. Syukurlah kini
beliau mendapat bantuan dari rekan untuk digunakan menaiki transportasi
udara murah dari Wamena menuju Mbua.
[caption caption="Siswa SD Andri Kristian di Mbua"]
[/caption]Andri Kristian mengajar hampir di setiap
sekolah PAUD, SD, SMP, SMTK, dan STP di Mbua. Tetapi yang terutama
adalah SMP dan SMTK yang siswanya berasal dari berbagai usia dari anak
kecil sampai lanjut usia. Mata pelajaran yang beliau ajarkan umumnya
adalah Bahasa Indonesia seperti mengajarkan menulis, membaca, dan Bahasa
Inggris. Siswa SMTK di Mbua bahkan belum bisa menulis dengan lancar
karena guru dinas jarang sekali hadir. Alhasil siswa SD Inpres yang
jumlah mencapai 100 ditambah lagi siswa SMP dan SMTK semuanya diajari
oleh beliau dan relawan dari guru lokal yang bersuku Mbua.
[caption caption="Fasilitas Rumah Guru Cukup Mewah Dibandingkan Honai"]
[/caption]Sering beliau menggabungkan siswa SD,
SMP, SMTK menjadi satu kalau kehadiran siswa sedang sedikit. Siswa yang
namanya tidak terdaftar juga beliau ajak untuk belajar bersama di
sekolah karena materi SD, SMP, STP, SMTK pelajarannya hampir sama.
Pelajaran dasar banyak yang belum dikuasai siswa sekalipun sudah SMTK.
Siswa SMTK belum mampu menulis dengan baik dan benar. Mereka tidak bisa
membedakan penggunaan huruf kapital dan huruf kecil, penggunaan tanda
baca, membuat kalimat, memahami arti kata dasar, dan lain-lain. Andri
Kristian sangat peduli dan merasa bertanggung jawab terhadap generasi
muda Papua sehingga beliau bertekad akan mempersiapkan dan mengantarkan
mereka sebagai pemimpin di berbagai sektor di masa yang akan datang.
[caption caption="Semangat Ujian Walaupun Sudah Tidak Muda"]
[/caption]Tenaga guru di pedalaman Papua sangat
sulit sehingga Andri Kristian memikirkan cara bagaimana supaya semua
siswanya bisa belajar dengan baik. Akhirnya beliau melakukan teknik
kaderisasi. Beliau dengan tekun mengajari siswa yang daya tangkap
belajarnya lebih tinggi kemudian siswa tersebut diminta mengajar siswa
lainnya. Inilah strategi yang selalu dilaksanakan Andri Kristian demi
membantu pemerintah menyukseskan pendidikan Papua di pedalaman.
[caption caption="Semangat Belajar Sambil Membawa Anak"]
[/caption]Bukanlah hal yang mudah melakukan
kaderisasi karena Andri Kristian tidak memahami bahasa daerah Mbua yang
merupakan bahasa sehari-hari penduduk sekitar. Namun dimana ada niat di
situ ada jalan. Andri Kristian berhasil melakukan pendekatan kepada
masyarakat Mbua dengan rajin mempelajari bahasa daerah mereka khususnya
kata-kata kunci. Hanya satu tujuan Andri Kristian, beliau ingin siswa
pedalaman ini bisa lebih memahami pelajaran di kelas. Andri Kristian
selalu berinteraksi dengan masyarakat sekitar sehingga kehadirannya kini
sangat diterima.
[caption caption="Seorang Anak Mbua di Depan Honai (Rumah Tinggal)"]
[/caption]Siswa Andri Kristian berasal dari
berbagai usia mulai dari anak-anak sampai lansia. Beliau menggunakan
metode berbeda saat mengajar anak kecil atau yang sudah lanjut usia.
Kesulitan yang beliau hadapi adalah bila suatu waktu beliau terpaksa
menyatukan siswa SD yang usianya anak-anak sampai siswa SD yang usianya
sudah tua. Inilah sebabnya beliau mengatakan kalau guru di pedalaman
harus benar-benar kreatif dan inovatif karena keterbatasan bahan
pelajaran. Sering kali beliau menggunakan cara permainan supaya anak
mengerti materi pelajaran. Selain itu, guru pedalaman harus mampu
melakukan pendekatan bahasa dan budaya.
[caption caption="Salah Seorang dari 47 Balita yang Meninggal di Mbua"]
[/caption]Kepuasan terbesar Andri Kristian adalah
bila melihat siswanya berhasil membaca dan menulis. Salah seorang siswa
yang beliau anggap paling berhasil adalah seorang siswa bernama Pena
Tabuni. Tahun pertama Andri Kristian di Mbua dan mengajar di SMP Negeri,
nilai Pena Tabuni sangat jauh di bawah rata-rata. Namun di tahun kedua
Andri Kristian mengajar di Mbua, Pena Tabuni berhasil memiliki tulisan
yang sangat rapi. Pena Tabuni salah satu siswa yang bisa dengan benar
menempatkan tanda baca, membedakan huruf kapital dan huruf kecil,
membedakan bunyi t dan s, juga huruf f, v, dan p. Pena Tabuni menulis
dengan benar dan nilai akhirnya jauh di atas rata-rata. Pena Tabuni
adalah salah satu siswa yang tekun belajar sehingga sekarang bisa
sekolah di SMA Wamena.
[caption caption="Walau sudah SMTK Masih Harus Belajar Menulis dan Membaca Bahasa Indonesia"]
[/caption]Andri Kristian mengenang, beliau dulu
selalu pergi ke Desa Opmo untuk mengajar Pena Tabuni setelah tugas
mengajar di Mbua selesai. Ketiadaan guru di Desa Opmo yang membuat
beliau terpaksa demikian. Ternyata perjuangan Andri Kristian berhasil
karena Pena Tabuni menjadi siswa yang berprestasi. Pena Tabuni bisa
mengerti kalau penulisan huruf “p kecil” harus ditulis sampai melewati
batas garis buku dan huruf “w kecil” tingginya tidak boleh melebihi
tinggi huruf “t kecil”. Betapa telitinya Andri Kristian mengajari
anak-anak yang belum terbiasa dengan bahasa persatuan itu.
[caption caption="Sulitnya Akses Menuju Mbua"]
[/caption]Bila Andri Kristian mengajar Bahasa Inggris, siswa lebih mengerti bila dipraktekkan. Misalkan untuk mengajarkan “Open the door”
Andri Kristian harus sambil mempraktikkannya. Andri Kristian menilai,
sebenarnya masyarakat Mbua membutuhkan sekolah praktik bukan sekedar
mengajarkan teori. Alangkah baiknya bila di sekolah, masyarakat
diajarkan praktik cara bertani, mengenai listrik, dan praktik kesehatan.
Hal ini akan sangat membantu masyarakat Mbua.
[caption caption="Anak-anak Mbua Berfoto di Depan Honai"]
[/caption]Siswa Andri Kristian di Mbua memiliki
antusiasme yang tinggi dalam belajar. Terkadang mereka datang ke sekolah
sambil membawa anak dan meskipun usia sudah lanjut tetap semangat
belajar menulis dan membaca. Artinya masyarakat Papua pada umumnya dan
Mbua pada khusunya punya keinginan yang tinggi untuk maju.
Andri
Kristian tidak hanya mengajar di sekolah namun sebelum dan setelah jam
sekolah beliau pergi ke Honai masyarakat (rumah adat yang sangat kecil
dan pengap karena dapur tempat memasak juga di dalam Honai). Beliau
mengunjungi Honai untuk mengajar menulis, membaca, dan berhitung. Andri
Kristian fokus kepada anak yang memiliki potensi lebih dalam menangkap
pelajaran sehingga kelak anak-anak tersebut bisa dikaderisasi untuk
mengajar teman-temannya menulis dan membaca.
Andri Kristian merasa
kalau masyarakat Mbua sangat baik dan perhatian. Masyarakat tersebut
sering berbagi dalam keterbatasan. Mereka bahkan orang yang sangat
menghargai pemberian. Andri Kristian merasa sangat dibutuhkan di sini
dan inilah yang membuatnya tidak bisa meninggalkan Mbua. Masyarakat Mbua
atau pedalaman lain sering menanam ubi atau betatas. Sebelum Andri
Kristian berangkat mengajar, beliau sering disuguhi ubi yang sudah
dibakar maupun direbus sebagai sarapan. Hal ini benar-benar membuat hati
beliau tersentuh. Ditambah lagi dengan peristiwa meninggalnya 47 orang
balita (Oktober 2015-Desember 2015) di Distrik Mbua karena serangan
virus mematikan. Balita yang tidak atau terlambat diimunisasi itu
membuat hati Andri Kristian berduka. Beliau menarik kesimpulan kalau
Mbua bukan hanya tertinggal dalam hal pendidikan tetapi juga dalam
masalah kesehatan.
[caption caption="Berfoto sebelum Ujian Akhir "]
[/caption]Andri Kristian sungguh membutuhkan
relawan guru, tenaga kesehatan, relawan pertanian, dan relawan di bidang
listrik dan pertukangan untuk membantu memajukan masyarakat Mbua.
Betapa masyarakat juga membutuhkan obat-obatan, buku tulis, alat tulis,
alat musik, buku pelajaran, pakaian, bibit tanaman obat, atau bibit
sayuran.
[caption caption="SMPN 2 Mbua"]
[/caption]Andri Kristian percaya, kualitas sebuah
sekolah ada di tangan guru. Bila pengajar rajin, masyarakat Papua
termasuk Mbua berpotensi untuk sukses karena kemauan yang sangat tinggi
dalam menuntut ilmu. Gedung sekolah di Mbua cukup bagus, sayangnya guru
dinas hanya hadir sekali dalam minggu atau sekali dalam sebulan
menjelang ujian akhir. Padahal sudah disediakan rumah untuk guru yang
cukup bagus untuk ukuran daerah terpencil seperti Mbua, namun sayangnya
rumah "mewah" tersebut kosong karena ketiadaan guru. Inilah sebabnya
Andri Kristian merasa yakin kalau guru relawan lokal yang juga penduduk
asli Mbua adalah orang yang menjadi tulang punggung pendidikan di Mbua.
Menurut beliau para relawan tersebut perlu diberikan pengajaran dan
pelatihan sehingga bisa membantu mengentaskan buta huruf warga Mbua dan
berperan aktif memajukan masyarakat.
[caption caption="Mengarahkan Siswa Belajar"]
[/caption]Ada satu kejanggalan yang terjadi di
Mbua. Nilai ujian akhir siswa Mbua cukup tinggi mencapai nilai 7 atau 8
padahal guru dinas sangat jarang hadir dan para siswa belum lancar
menulis dan membaca dalam Bahasa Indonesia. Malah ada guru yang tidak
pernah datang sama sekali tetapi nilai rapor para siswa sangat
tinggi-tinggi. Andri Kristian memberi masukan kepada pemerintah agar
sedapat mungkin buku pelajaran di sekolah menggunakan bahasa daerah
sehingga lebih mudah dipahami siswa.
Masyarakat Papua pedalaman
terlanjur menganggap sekolah hanya sebagai tempat mencetak ijazah.
Kelak ijazah dgunakan untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Distrik atau
Pegawai Negeri Sipil. Andri Kristian sangat terusik dengan hal ini
karena proses pendidikan yang tidak bermutu pasti akan menghasilkan
kualitas SDM yang rendah. Inilah yang menjadi tantangan Andri Kristian
untuk mengubah mind set masyarakat, sehingga beliau tekun
menyambangi Honai warga Mbua untuk mengajar baca tulis. Beberapa guru
lokal yang berjasa di Mbua diantaranya: Bapak Nataniel Tabuni, Bapak
Zakaria Wirege, Bapak Petrus Tabuni, Bapak Demetus Tabuni, Bapak Lanias
Gwijangge, dan Utnabek Lokbere. Orang-orang ini adalah relawan warga
Mbua yang sangat memperhatikan dan bersemangat mengajar di
sekolah-sekolah Mbua.
Ijazah asli tetapi palsu banyak
diperjualbelikan di Papua. Asli karena blankonya milik negara tetapi
palsu karena nama yang tercantum tidak terdaftar di dinas pendidikan.
Siapa yang memiliki wewenang untuk mendapatkan blanko ijazah negara yang
asli? Perjuangan pendidikan di Papua pedalaman tidak mudah ditambah
lagi harus berani melawan arus yang berusaha mencari keuntungan dengan
menjual ijazah demi kepentingan pribadi. Andri Kristian memiliki
tantangan yang sangat tinggi dalam membenahi dunia pendidikan. Hanya
satu keprihatinan Andri Kristian, beliau tidak ingin terjadi lost generation
di bumi Papua yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia tercinta. Saya menilai, Andri Kristian layak dicalonkan
sebagai salah seorang pahlawan yang peduli kepada generasi bangsa.
Komentar
Posting Komentar